Saya
bersahabat dengan ITP sejak umur 5 tahun. Apa itu ITP ? ITP singkatan dari
Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP) merupakan penyakit autoimun yang
menyebabkan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui hingga
saat ini. Bagi yang mengidap ITP, semua sel darah terlihat dan tampak normal
kecuali trombosit. Ini disebabkan karena meningkatnya penghancuran trombosit
oleh antibodi tubuh.
Saya
menjalani Terapi Medrol selama kurang lebih satu tahun dan di umur
6 sampai 11 tahun saya terbebas dari berbagai macam bentuk obat. Layaknya
seorang gadis yang mengalami menstruasi pertama di umur 11 tahun saya kaget
karena menstruasi yang saya alami tidaklah normal karena saya mengalami
pendarahan dalam masa menstruasi tersebut selama 32 hari dan dalam satu hari
saya bisa menghabiskan 40-60 pembalut dan beberapa pampers dewasa. Di saat saya
usia remaja terpaksa saya harus kembali lagi menjalani Terapi Medrol dengan
ditambah pil KB.
Agar
saya tidak kehabisan darah, dokter - dokter menolong saya dengan mengatur masa
menstruasi saya menjadi 6 bulan sekali. Dengan tehnik pengontrolan menstruasi
ini Alhamdulillah, di umur 12 tahun sampai 25 tahun saya bebas dari obat dan
bisa menjalani kehidupan saya dengan normal. Tetapi selama perjalanan tersebut
saya selalu terbayang pernyataan dokter yang mengatakan bahwa saya akan sulit
untuk bisa mendapatkan keturunan bahkan dokter mengatakan saya mungkin tidak
akan bisa menginjak usia dewasa. Namun di dalam diri saya, saya yakin Tuhan
akan selalu menjaga saya walaupun saya harus bersahabat dengan ITP. Ternyata
Tuhan memang berkehendak lain sebab di usia 25 tahun saya dikaruniai oleh
seorang putri bernama Shayna Alethea El Farveisa dan ia tumbuh menjadi putri
kecil yang pintar dan lincah.
Karunia
Tuhan datang dengan tiba – tiba dan ujian itupun kembali menghampiri saya
lagi karena 3 bulan setelah saya melahirkan, tubuh saya menjadi sangat kurus
dan HB saya drop sampai nol, rambut saya rontok hingga habis dan sekujur tubuh
saya serta tulang – tulang saya terasa ngilu padahal saya tidak
mengkonsumsi obat apapun saat itu. Akhirnya saya kembali ke rumah kedua saya,
yaitu rumah sakit. Benar – benar mimpi buruk rasanya, pendarahan dari
mana-mana seperti keran keluar dari mulut dan hidung.
Saya
kembali harus bergandengan dengan terapi-terapi dimana saat itu saya menjalani
terapi Prednison dengan dosis yang cukup tinggi. Setelah
Prednison, semua pendarahan berhenti, tapi kepala saya seperti mau meledak,
mata berair seperti mau keluar, kulit jadi hitam berkerak udah kaya monster. Ya
Allah, saya sudah tidak tau harus bagaimana lagi. Do’a saya hanya satu “ya
Allah kalau keberadaan hamba hanya menyusahkan orang – orang di sekitar
saya, mungkin lebih baik ini semua diakhiri saja, tapi jika bermanfaat untuk
kedepannya, maka tunjukkan saya jalan untuk mendukung suami dan keluarga saya
sehingga beri hamba kesehatan”
Saya
ingat sekali saat itu, keluarga sedang mengalami krisis keuangan dimana untuk
makan saja saya sampai menghitung uang koin. Mungkin ada betulnya bahwa
kalau doa orang sakit itu makbul sehingga Alhamdulillah perjalanan menghitung
koin itu bisa dilewati bersama-sama. Saya pun terus ditunjukkan adanya peluang
dibalik penyakit yang menyerang saya, yaitu dengan bersahabat dengan penyakit
saya sendiri.
Saya
hanya ingin menggugah, “If we believe, we can” dan sejak
saat itu, berangsur-angsur saya pulih. Walaupun masih dengan ITP sahabat setia
saya, saya sudah kapok dengan steroid sejak itu kemudian sejak itu juga saya
setiap hari berdiri di depan cermin 5 menit setiap pagi setelah sholat subuh
meyakinkan diri saya sendiri : saya wanita kuat, saya bisa bertahan, saya
dilahirkan untuk berbagi semangat, saya bisa!
Akhirnya
saya bisa ikhlas menerima bahwa ITP memang ditakdirkan untuk saya, dan ITP juga
yang membentuk saya. Ketika ITP membatasi fisik saya sampai-sampai pernah
tiba-tiba seluruh badan saya menjadi kaku seperti terkena stroke, seringkali
itu terjadi ketika saya sedang menyetir mobil sendirian. Saya menangis, memohon
kepada Tuhan organ mana yang bisa saya fungsikan dengan maksimal ya Allah?
Dalam keaadaan seperti ini saya tidak boleh menyerah. Saya mencari tau dan
mengenali diri saya lebih dalam lagi. Dengan keterbatasan fisik, saya terus
menggali potensi IMAJINASI saya dan ternyata kreatif packaging adalah keahlian
saya termasuk dalam menyusun konsep bussines plan.
Bayangkan
tanpa ITP, mungkin sulit bagi saya untuk mengidentifikasi apa yang menjadi
keunggulan saya. ITP is truly a best friend for me. Saya ingin berbagi bahwa
dengan : “keterbatasan adalah salah satu alat yang dapat mempermudah
kita mengidentifikasi siapa diri kita sesungguhnya” Terima kasih
kepada ITP yang ditakdirkan Tuhan kepada saya.
Saat
ini saya memiliki satu grup usaha dengan beberapa anak perusahaan yang mana pencapaian
ini betul – betul jauh menembus dari apa yang saya pernah impikan sejak
kecil. Kekuatan ada di pikiran dan hati kalimat dari sahabat saya Tiara
Savitri yang juga survive dengan sahabat spesialnya yaitu Lupus.
Saya
bersyukur bisa berkesempatan untuk saling berbagi bersama Tiara, banyak sekali
pelajaran yang saya petik. Saya pun akhirnya tergugah untuk membentuk sebuah
yayasan yang saya dedikasikan untuk teman-teman dengan ITP. Saya tidak mau
teman-teman dengan ITP ataupun teman-teman yang diberikan ‘sahabat’
spesial menjadi “tersesat” dan “sedih”. Terapi terbaik
bagi ITP adalah SEMANGAT, dan tidak hanya ITP tentu saja. Apapun itu sahabat
special yang Tuhan berikan kita tidak boleh putus asa dan kita harus tetap
semangat.
Jangan
terkecoh dengan apa yang orang katakan tantang dirimu, mereka manusia. Kenali
diri, focus dengan apa yang kamu miliki, keunggulan kamu. Kuatkan hati dan
pikiranmu karena disanalah petunjuk Tuhan datang. Kita ini hidup untuk berkarya
dan berbagi manfaat.Wajar jika saya seringkali frustasi, tidak percaya diri,
menganggap diri tidak berharga, tapi saya tidak mau terjebak bodoh. Rasanya
tidak mungkinkan kita diciptakan oleh Tuhan tidak memberikan manfaat? Saya
bersyukur bisa dan sekarang saatnya saya mengabdi dan mencurahkan seluruh jiwa
raga dan rasa cinta saya untuk teman-teman yang membutuhkannya.
No comments:
Post a Comment