Tuesday, May 1, 2012

Aku dan ITP

Saya bersahabat dengan ITP sejak umur 5 tahun. Apa itu ITP ? ITP singkatan dari Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP) merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui hingga saat ini. Bagi yang mengidap ITP, semua sel darah terlihat dan tampak normal kecuali trombosit. Ini disebabkan karena meningkatnya penghancuran trombosit oleh antibodi tubuh.
 
Saya menjalani Terapi Medrol selama kurang lebih satu tahun dan  di umur 6 sampai 11 tahun saya terbebas dari berbagai macam bentuk obat. Layaknya seorang gadis yang mengalami menstruasi pertama di umur 11 tahun saya kaget karena menstruasi yang saya alami tidaklah normal karena saya mengalami pendarahan dalam masa menstruasi tersebut selama 32 hari dan dalam satu hari saya bisa menghabiskan 40-60 pembalut dan beberapa pampers dewasa. Di saat saya usia remaja terpaksa saya harus kembali lagi menjalani Terapi Medrol dengan ditambah pil KB.
 
Agar saya tidak kehabisan darah, dokter - dokter menolong saya dengan mengatur masa menstruasi saya menjadi 6 bulan sekali. Dengan tehnik pengontrolan menstruasi ini Alhamdulillah, di umur 12 tahun sampai 25 tahun saya bebas dari obat dan bisa menjalani kehidupan saya dengan normal. Tetapi selama perjalanan tersebut saya selalu terbayang pernyataan dokter yang mengatakan bahwa saya akan sulit untuk bisa mendapatkan keturunan bahkan dokter mengatakan saya mungkin tidak akan bisa menginjak usia dewasa. Namun di dalam diri saya, saya yakin Tuhan akan selalu menjaga saya walaupun saya harus bersahabat dengan ITP. Ternyata Tuhan memang berkehendak lain sebab di usia 25 tahun saya dikaruniai oleh seorang putri bernama Shayna Alethea El Farveisa dan ia tumbuh menjadi putri kecil yang pintar dan lincah.
 
Karunia Tuhan datang dengan tiba – tiba dan ujian itupun kembali menghampiri saya lagi karena 3 bulan setelah saya melahirkan, tubuh saya menjadi sangat kurus dan HB saya drop sampai nol, rambut saya rontok hingga habis dan sekujur tubuh saya serta tulang – tulang saya terasa ngilu padahal saya tidak mengkonsumsi obat apapun saat itu. Akhirnya saya kembali ke rumah kedua saya, yaitu rumah sakit. Benar – benar mimpi buruk rasanya, pendarahan dari mana-mana seperti keran keluar dari mulut dan hidung.
 
Saya kembali harus bergandengan dengan terapi-terapi dimana saat itu saya menjalani terapi Prednison dengan dosis yang cukup tinggi. Setelah Prednison, semua pendarahan berhenti, tapi kepala saya seperti mau meledak, mata berair seperti mau keluar, kulit jadi hitam berkerak udah kaya monster. Ya Allah, saya sudah tidak tau harus bagaimana lagi. Do’a saya hanya satu “ya Allah kalau keberadaan hamba hanya menyusahkan orang – orang di sekitar saya, mungkin lebih baik ini semua diakhiri saja, tapi jika bermanfaat untuk kedepannya, maka tunjukkan saya jalan untuk mendukung suami dan keluarga saya sehingga beri hamba kesehatan”
 
Saya ingat sekali saat itu, keluarga sedang mengalami krisis keuangan dimana untuk makan saja saya sampai menghitung uang koin.  Mungkin ada betulnya bahwa kalau doa orang sakit itu makbul sehingga Alhamdulillah perjalanan menghitung koin itu bisa dilewati bersama-sama. Saya pun terus ditunjukkan adanya peluang dibalik penyakit yang menyerang saya, yaitu dengan bersahabat dengan penyakit saya sendiri.
Saya hanya ingin menggugah, “If we believe, we can” dan sejak saat itu, berangsur-angsur saya pulih. Walaupun masih dengan ITP sahabat setia saya, saya sudah kapok dengan steroid sejak itu kemudian sejak itu juga saya setiap hari berdiri di depan cermin 5 menit setiap pagi setelah sholat subuh meyakinkan diri saya sendiri : saya wanita kuat, saya bisa bertahan, saya dilahirkan untuk berbagi semangat, saya bisa!
 
Akhirnya saya bisa ikhlas menerima bahwa ITP memang ditakdirkan untuk saya, dan ITP juga yang membentuk saya. Ketika ITP membatasi fisik saya sampai-sampai pernah tiba-tiba seluruh badan saya menjadi kaku seperti terkena stroke, seringkali itu terjadi ketika saya sedang menyetir mobil sendirian. Saya menangis, memohon kepada Tuhan organ mana yang bisa saya fungsikan dengan maksimal ya Allah? Dalam keaadaan seperti ini saya tidak boleh menyerah. Saya mencari tau dan mengenali diri saya lebih dalam lagi. Dengan keterbatasan fisik, saya terus menggali potensi IMAJINASI saya dan ternyata kreatif packaging adalah keahlian saya termasuk dalam menyusun konsep bussines plan.
 
Bayangkan tanpa ITP, mungkin sulit bagi saya untuk mengidentifikasi apa yang menjadi keunggulan saya. ITP is truly a best friend for me. Saya ingin berbagi bahwa dengan : “keterbatasan adalah salah satu alat yang dapat mempermudah kita mengidentifikasi siapa diri kita sesungguhnya” Terima kasih kepada ITP yang ditakdirkan Tuhan kepada saya. 
 
Saat ini saya memiliki satu grup usaha dengan beberapa anak perusahaan yang mana pencapaian ini betul – betul jauh menembus dari apa yang saya pernah impikan sejak kecil. Kekuatan ada di pikiran dan hati kalimat dari sahabat saya Tiara Savitri yang juga survive dengan sahabat spesialnya yaitu Lupus.
 
Saya bersyukur bisa berkesempatan untuk saling berbagi bersama Tiara, banyak sekali pelajaran yang saya petik. Saya pun akhirnya tergugah untuk membentuk sebuah yayasan yang saya dedikasikan untuk teman-teman dengan ITP. Saya tidak mau teman-teman dengan ITP ataupun teman-teman yang diberikan ‘sahabat’ spesial menjadi “tersesat” dan “sedih”. Terapi terbaik bagi ITP adalah SEMANGAT, dan tidak hanya ITP tentu saja. Apapun itu sahabat special yang Tuhan berikan kita tidak boleh putus asa dan kita harus tetap semangat.
 
Jangan terkecoh dengan apa yang orang katakan tantang dirimu, mereka manusia. Kenali diri, focus dengan apa yang kamu miliki, keunggulan kamu. Kuatkan hati dan pikiranmu karena disanalah petunjuk Tuhan datang. Kita ini hidup untuk berkarya dan berbagi manfaat.Wajar jika saya seringkali frustasi, tidak percaya diri, menganggap diri tidak berharga, tapi saya tidak mau terjebak bodoh. Rasanya tidak mungkinkan kita diciptakan oleh Tuhan tidak memberikan manfaat? Saya bersyukur bisa dan sekarang saatnya saya mengabdi dan mencurahkan seluruh jiwa raga dan rasa cinta saya untuk teman-teman yang membutuhkannya.
 
Saya juga ingin menyajikan karya yang jujur, karena apa yang berasal dari hati, akan menyentuh dan berbicara ke hati. Kalau bisa teman-teman dengan yang keterbatasan atau divonis penyakit,  mereka tidak terpaku pada kesulitan yang dihadapi, tapi memaksimalkan hidup ini dengan berkarya dan berbagi manfaat

No comments:

Post a Comment